sebuah perenungan yang menyentuh dari seorang ikhwan tentang akhwat masa kini

“Sesungguhnya, apabila seorang suami memandang isterinya (dengan kasih & sayang) dan isterinya juga memandang suaminya (dengan kasih & sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih & sayang. Dan apabila seorang suami memegangi jemari isterinya (dengan kasih & sayang) maka berjatuhanlah dosa-dosa dari segala jemari keduanya” (HR. Abu Sa’id)

 

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

 

Kutulis dengan harapan agar kau mengurungkan rindumu.

 

Engkau, Wahai wanita sholehah,

yang bidadari pun mencemburui akhlakmu.

 

Kuharap jangan menantiku, sebab ku takkan pernah menjanjikan kata pujangga indah dalam penantianmu. Sebab ku tiada menginginkan dirimu merasakan beratnya rasa penantian yang kadang terasa amat panjang, dan tak jarang di akhir penantian ternyata menyakitkan.

 

Afwan yaa ukhti, mungkin selama ini kau menganggapku acuh. Tak pernah memperhatikan dan selalu mendiamkanmu. Namun bagiku kau adalah wanita terhormat yang tak pantas untuk ku rayu.

 

Ukhti, siapa tahu diriku bukanlah jodohmu, mungkin kelak kau kan dipertemukan dengan yang lebih baik, mungkin harus kau sadari kematianku tak lelah menantiku. Mungkin benarlah, ku harus memikirkan kematianku dua kali sebelum menggenapkan setengah dienku.

 

Yaa Rabb kupahami benar, tekadku mencintai-MU dengan tulus ini kan buatku menemukan labuhan hatiku. Aamiin.

 

Hikmahi setiap kata ini perlahan dan bila hal ini terlalu berat kau terima. Kuatkan imanmu wahai saudariku, dan lembutkan hatimu. Sebab dirimu takkan pernah mendapati diriku kan berlaku manis, memberi harapan apalagi memintamu menungguku. Tidak! Aku bukanlah pria seperti itu dan kau adalah wanita terhormat yang tak bisa kuperlakukan seperti itu. Hari berganti hari dan ku kan berlalu menganggapmu tak nampak bagiku. Ku kan memintamu menundukkan pandanganmu, hingga nanti datang padamu seorang yang jua tlah kau nantikan di batas waktu. Dan saat itulah kan terjawab semua rahasia cinta-NYA padamu.

 

Demi Allah ukhti, kuhanya pemuda biasa dengan keterbatasan dan banyak sekali kekurangan.

 

Jika sedikit ilmu kumiliki yang buatmu menungguku, jika fisik tak sempurna dan kelebihan sebesar debu ini yang buatmu memilihku kini. Maka kumohon, diriku bukanlah siapa-siapa yang pantas kau cintai melainkan hanya Allah.

 

Ku tak ingin kau tenggelam dalam cinta menggebu-gebu padaku. Ku khawatir ukhti, takut sebenarnya syetan kini tlah meniupkan syahwat dalam hatimu. Hingga kau habiskan hari-harimu dengan memikirkan yang tak pasti dan menunggu. Astaghfirullah. Mengapa kau tak habiskan masa mudamu dengan cinta yang sempurna pada Rabb-MU? Yang mencintai-MU setiap saat, yang tetap mencintaimu meski kau berpaling pada-NYA. DIA yang tetap mengingatkan kesalahanmu dan tak pernah mengurangi nikmat-NYA padamu. Bahkan kau diminta bersyukur semata-mata agar IA pun dapat menambahkan nikmat-NYA lagi kepadamu. Mungkin aku takkan bisa sesempurna cinta-NYA dalam mencintaimu. Dan sesungguhnya dirimu mendapatkan keutamaan yang nyata.

 

Dan. Cintailah diriku sebagaimana dengan saudara-saudaramu yang lain. Dengan kesederhanaan. Saat kau melihat diriku seutuhnya, dengan pekatnya lumpur dosa yang setiap saat membayangiku. Ku tahu kelak kau takkan mencintaiku seperti sekarang.

 

Ukhti, betapa sederhananya ucap itu dari seorang yang sederhana pula. Dan di lain hikmah ada pula seorang Ali Bin Abi Thalib RA. “Hai Abu Bakar, anda telah membuat hatiku goncang yang semulanya tenang. Anda telah mengingatkan sesuatu yang sudah kulupakan. Demi Allah, aku memang menghendaki Fatimah, tetapi yang menjadi penghalang satu-satunya bagiku ialah karena aku tidak mempunyai apa-apa.”, ucap seorang Ali kepada sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq. Sebelum Sang Sahabat berhasil menyakinkan ia untuk melamar Siti Fattimah, putri Rasulullah SAW.

 

Aku mungkin pria bodoh. Mungkin mereka menganggapku seperti dugaan mereka. Mungkin aku tidaklah pintar, sok berlaku syar’I dan mengada-ada. Membiarkan dirimu dalam penantian dan tak mengambil kesempatan atas kegundahanmu. Bimbang. Mungkin kini pun aku merasakan kebimbangan seperti Ali bin Abi Thalib RA. Ukhti, jujur kuakui aku terbujuk. Syetan begitu cepat menggoda imanku, kubenarkan bacaan tartilku dan berwudhu. Yaa Rabb, hamba-MU mudah sekali jatuh dalam perangkap syetan. Jauhkan segera hamba-MU ini dari fitnah hati yang melemahkan.

 

Kini, kuhanya dapat berpuasa, dan berharap Allah kan melembutkan hatiku.

 

Maafkan ana ukhti, yang kutahu Allah tlah membuat skenario yang begitu cantik. Teringat sepenggal kisah Putri Rasulullah Fatimah, kesantunannya menolak begitu banyak pinangan atas dirinya, bahkan sosok besar seperti Umar bin Khattab RA. Hingga datanglah Ali bin Abi Thalib RA. Pemuda yang ia pilih kemudian. Pemuda yang ia cintai ternyata sebelum lamaran itu hadir. Sebuah rahasia cinta yang indah menurutku.

 

Ukhti, kuhanya dapat berpesan dan cintailah DIA yang lebih pantas kau cintai dengan sebenar-benar cinta. Seperti Fatimah yang mencintai Ali dalam diamnya, dan menjaga dirinya dengan melabuhkan cinta abadi hanya kepada Allah. Dan ku slalu berpikir mungkin kisah kita nanti takkan seperti kisah Ali dan Fatimah.

 

Diriku sedang menjaga hati dan tempaan yang buatku takkan pernah memberi kepastian apalagi komitmen padamu. Dan jadikanlah dirimu pantas untuk sosok orang yang kau cintai. Bila nanti di persimpangan jalan kita bertemu, memang seperti itulah takdir Illahi. Namun bila bukan, kuyakin saat itulah kau kan merasakan begitu manisnya buah keimanan yang kau tanam selama ini, mendapati pemuda yang menjadi jodohmu.

 

Selebihnya, ku tetapkan niat. Bahwa ku tak lebih dari seorang pemuda yang mencintai seseorang karena Allah SWT semata dan ingin menggenapkan setengah dien karna mencintai-NYA. “Ahabbakalladzi ahbabtanillah”. Insya Allah semoga dirimu berkenan.

 

 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

ditulis oleh dr.Heri

our last picture before we end this stage

koas subang-ph

Perkenalkan teman-teman saya. kami berasal dari reguler subang. tepatnya sih, angkatan pertama di RSUD Subang. sebenarnya ada beberapa orang lagi yang termasuk ke dalam ‘team reguler subang’, namun karena mereka semua berpencar..akhirnya tersisa 6 orang dari kami.

akan saya perkenalkan teman2 saya, yang insyallah akan mendapatkan titel dr setelah mengikuti UKDI di bulan agustus nanti.

perempuan : (ki-ka) : fifthya syabrina,s.ked, detje berqueen wilson,s.ked, abrilia octafijayanti,s.ked, dan saya sendiri

laki-laki (ki-ka) : taufik reza,s.ked(maaf kalau salah nulis nama ya bang,*peace), sandro wijaya,s.ked

for each of this team : semoga silaturrahim kita tetap terjaga yah walaupun kita nanti sudah berpencar keluar daerah. semoga sukses selalu untuk kita semua. dan semoga keilmuan kita selalu beramanfaat untuk semua orang, amin..

hiks.

kok jadi sedih gini sih nulisnya.. T.T

kembali ke dunia blog lagi

Assalamualaikum..

alhamdulillah, akhirnya saya bisa kembali lagi ke blog pribadi saya. untuk beberapa waktu lamanya saya absen dari cerita2 menarik dalam hidup yg saya alami.

banyak hal yang terjadi belakangan ini. dan saya yakin, setiap hal yg terjadi sudah tertulis di lauhul mahfudz. i called it takdir. yah, paling tidak saya lebih memahami arti hidup ini. untuk apa saya hidup. dan apa yang akan saya bawa saat saya menghadapNya nanti.

anyway, sekarang saya sedang stase terakhir di perkoasan saya, tepatnya sih sedang menunggu antrian masuk ke stase terakhir. alhamdulillah, segala puji syukur yang tidak terkira..akhirnya Allah izinkan saya memasuki babak terakhir pendidikan saya sebelum memasuki dunia nyata yg “kejam”. dan di waktu senggang ini saya sempatkan untuk muncul lagi di blog. alhamdulillah itu juga karena terinspirasi oleh blog seseorang. “semoga saja, saya bisa follow blog dia” thats my deep wish..amin *loh!

Projek Pribadi Hari Ini MENJADI LEBIH KUAT DARIPADA DERITA MASA LALU

Sahabatku yang baik hatinya, katakanlah ini sebagai kalimatmu sendiri …

Tuhanku Yang Maha Membuka Hati,

Telah banyak hari yang kubiarkan gelisah karena kemarahanku tentang yang terjadi dulu, dan telah banyak malam yang kusia-siakan tanpa tidur karena mengulangi kepedihan hati di masa laluku.

Di pagi yang indah ini, aku berterima kasih kepadaMu, atas pengertian yang indah ini, bahwa:

“Sakit hati di masa lalu tidak bisa dilupakan. Tapi jika hatiku hari ini kuat, ia hanya tidak terasa sakit lagi.”

Sungguh mulia Engkau yang memberikan akal kepadaku, agar aku menemukan jalan keluar dari kegelisahan hati – melalui logika yang cemerlang, untuk menjauhkan kesia-siaan dan mendekatkan kemanfaatan bagi diriku dan sesamaku.

Maafkanlah aku jika aku telah memboroskan sebagian dari usiaku untuk marah, meradang, dan gelisah merancang pembalasan – karena sakit hati di masa laluku itu.

Hari ini, aku mohon Engkau mentenagai hatiku untuk mencapai ukuran dan keanggunan yang tidak lagi merasakan sakit dari luka-luka masa laluku, dan meneruskan kehidupanku hari ini dengan seindah-indahnya.

Tuhan, jadikanlah aku pribadi baik yang hatinya kuat.

Aamiin

I am a winner!

Katakanlah …

Aku tak diciptakan untuk kalah.

Kemenangan adalah hak hidupku.

Itu sebabnya sulit bagiku untuk menenangkan diri dalam kekalahan, tak mudah bagiku menyaksikan keberhasilan orang lain, dan itu pasti sebabnya aku membenci keadaan yang begini-begini saja.

Aku harus berani.

Aku harus berani meninggalkan kebiasaan lama yang hanya membuatku gelisah dan minder.

Aku harus berani memasukkan diriku kedalam pergaulan yang selama ini kujauhi, dan melibatkan diriku dalam pekerjaan yang baik hasilnya bagi diriku dan sesamaku.

Aku harus berani.

Aku akan tampil lucu sekali, jika aku memimpikan yang tinggi dan besar, tapi semangatku rendah dan keberanianku kecil.

Aku harus berani.

Kehidupan yang tidak berani, bukanlah kehidupan yang menarik.

Aku harus berani sukses, atau aku harus ikhlas meratap dalam kelemahan.

Ini hidupku, aku harus berani.

I am a winner!

Mario Teguh – Loving you all as always

Proyek Pribadi Hari Ini: MEMPERBAIKI REZEKI MELALUI KELUARGA

Sahabat saya yang baik hatinya,

“Kemesraan adalah bukti kasih sayang dan kesediaan untuk menjadi pribadi indah yang membahagiakan keluarga.”

Tidak sedikit orang yang (dulu) jatuh cinta, mabuk kepayang ingin menyatukan jiwa dan raga dalam pernikahan, saling berjanji untuk saling mengasihi dan membahagiakan satu sama lain, untuk kemudian MELUPAKAN keindahan cinta mereka dan mulai hanyut menjauh dan dingin kepada satu sama lain.

Banyak dari kita tidak sadar, bahwa janji pernikahan kita itu dulu kita kaitkan dengan doa dan harapan bagi kebaikan hidup.

Jika kita tidak memuliakan pernikahan, apakah kita tetap memberikan penghormatan yang sama kepada doa dan harapan kita dulu?

Dan apakah kita tidak merasa jengah meminta Tuhan memenuhi doa dan harapan dari dua jiwa yang saling bosan dan tersiksa dalam kebersamaannya?

Sesungguhnya, apakah ada kebahagiaan yang sejati di luar keluarga?

Pikirkanlah lagi dengan lebih teliti, apakah ada yang lebih penting daripada keluarga?

Sahabat saya yang baik hatinya,

“Cara terdekat untuk memperbaiki rezeki adalah memperbaiki kasih sayang di dalam keluarga.”

Karena,

Keluarga adalah anugerah yang indah dan sangat bernilai.

Tidak percaya?

Tanyakanlah itu kepada jutaan jiwa baik yang hari ini merindukan belahan jiwa, atau yang merindukan pernikahan, atau yang sedang merindukan keturunan yang belum kunjung hadir dalam pernikahan mereka.

Dan oh! … mohon tanyakan juga kepada anak-anak yang ditelantarkan dan dinistai oleh orang tua yang kejam dan pembenci.

Sahabat saya yang kebaikan hidupnya sejajar dengan kebaikan hatinya,

Marilah kita memohon pendampingan Tuhan, agar kita selalu dipelihara dalam perasaan cinta dan kasih kepada pasangan hidup, dalam rasa sayang yang lembut kepada anak-anak, dalam rasa hormat yang memuliakan orang tua.

Tuhan, jadikanlah kami pribadi dan keluarga yang meneladankan kebaikan, yang Kau pelihara dalam rezeki dan penghormatan yang baik.

Aamiin

—————-

Renungan Hari Ini

Sumber : http://www.dakwatuna.com

Di atas langit masih ada langit
di atas duka yang terperih
masih ada tangis yang tersembunyi

Jika ini adalah masalahku
maka itu adalah masalahmu

Kita ini orang-orang hidup
Masih bernafas dan bergerak
Medan yang curam, tak selalu meninggi
Medan yang landai, tak selalu menurun

Jika airmata lebih indah dari senyuman
maka menangislah
Jika senyuman itu melalaikan
maka menangislah kembali

Kita terlahir dengan airmata
Kita tak akan pergi dengan airmata

Sebuah aral adalah tanda cinta
Mendaki nikmat dalam perjalanan hati
Jangan memikirkan perih
Usah meratapi pedih

Mayapada hanya sekejap mata
istana surga adalah selamanya

Jika di sini kita merintih
Semoga kelak di sana tersenyum abadi

Untukmu Lelakiku

by Halal-kan Aku Ayah on Thursday, February 10, 2011 at 12:07pm

 

Padamu yang Allah pilihkan dalam hidupku..

Ingin ku beri tahu padamu..

aq dibesarkan dari keluarga yg mencurahkan kasih sayangx untukq

Maka..Saat Allah memilihmu dalam hidupku,

Dia berharap, kau pun sanggup melimpahkan cinta padaku..

Memperlakukanku dgn sayang yang begitu indah..

 

Ketahuilah, aku hanya wanita biasa dengan begitu banyak kekurangan dalam diriku,

Aku bukanlah wanita sempurna, seperti yang mungkin kau harapkan..

Maka, ketika Dia memilihmu untukku,

Dia ingin menyempurnakan kekuranganku dgn keberadaanmu.

Dan aku tahu, Kaupun bukanlah laki-laki yang sempurna..

tak semulia Nabi Muhammad, tak setampan Nabi Yusuf, tak sekaya Nabi Sulaeman dan tak setabah Nabi Ayyub…

namun

ku berharap ketidaksempurnaanku mampu menyempurnakan dirimu..

Karena kelak kita akan satu..

Aibmu adalah aibku, dan indahmu adalah indahku,

Kau dan aku akan menjadi ‘kita’..

 

aq dibentuk untuk menjadi wanita yg mencintai Rabbnya..

Maka ketika Dia memilihmu untukku,

Allah mengetahui bahwa kaupun mencintaiNYA

gandeng tanganku u/ mengibarkan panji-panji dakwah dalam hidup kita..

Itulah visi pernikahan kita..

Ibadah pada-Nya ta’ala..

 

Padamu yg Allah tetapkan sebagai nahkodaku..

Ingatlah.. Aku adalah mahlukNya dari tulang rusuk yang paling bengkok..

Ada kalanya aku akan begitu membuatmu marah..

Maka, ketahuilah.. Saat itu Dia menghendaki kau menasihatiku dengan hikmah,

Sungguh hatiku tetaplah wanita yg lemah pada kelembutan..

Namun jangan kau coba meluruskanku, karena aku akan patah..

Tapi jangan pula membiarkanku begitu saja, karena akan selamanya aku salah..

tatap mataku, tersenyumlah..

Tenangkan aku dgn genggaman tanganmu..

Dan nasihati aku dgn bijak dan hikmah..

Niscaya, kau akan menemukanku tersungkur menangis di pangkuanmu..

Maka ketika itu, kau kembali memiliki hatiku..

 

Padamu yang Allah tetapkan sebagai atap hunianku..

ketika ijab atas namaku telah kau lontarkan..

Maka kauIah yang terindah,

Selama tak bermaksiat pada Allah, akan ku penuhi semua perintahmu..

Jadilah hunian yg indah, yang kokoh…

Yang mampu membuatku dan anak-anak kita nyaman dan aman di dalamnya..

 

Padamu yang Allah pilih menjadi penopang hidupku…

Dalam istana kecil kita akan hadir buah hati-buah hati kita..

Maka didiklah mereka menjadi generasi yg dirindukan syurga..

Yang di pundaknya akan diisi dgn amanah-amanah dakwah,

Yang ruh dan jiwanya selalu merindukan jihad..

Yang darahnya mengalir darah syuhada..

Dan ku yakin dari tanganmu yg penuh berkah, kau mampu membentuk mereka..

Dengan hatimu yg penuh cinta, kau mampu merengkuh hati mereka..

Dan aku akan selalu jatuh cinta padamu..

 

Padamu yang Allah pilih sebagai imamku…

Ku memohon padamu.. Ridholah padaku,

Sungguh Ridhomu adalah Ridho Ilahi Rabbi..

Mudahkanlah jalanku ke Surga-Nya..

Karena bagiku kau adalah kunci Surgaku..

 

sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=189248924429741

Beginikah Cinta?

24/1/2012 | 29 Shafar 1433 H Please wait

Oleh: Ario Muhammad


Kirim Print
Ilustrasi (almuhandis.wordpress.com)

dakwatuna.com – Aku berlari dengan nafas memburu. Otakku seakan berhenti berpikir, dada sesak, penuh, semua sesal dan sedih berkecamuk jadi satu. Kususuri jalanan kampus yang masih sedikit basah karena hujan kemarin malam. Aku benar-benar kalut. Bingung. Pikiranku mulai bergumam sendiri dengan batinku.

“Beginikah jadinya? Beginikah rasanya mengakhirkan harapan?

Beginikah rasanya menghentikan cinta yang sudah terlanjur dalam?

Aku harus berkata apa? Bertanya pada siapa?”

Jalanan ini tentu saja takkan memberi jawab. Sore menuju senja yang selalu indah ini tentu saja takkan menenangkanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain kekalutan yang luar biasa menghinggapi dada.

“Haruskah melepasmu cinta? Melepas segala rasa yang tumbuh subur merekah hingga kini dan entah kapan berakhirnya?

Haruskah ku bunga jauh-jauh penggal harap yang entah kenapa masih membuatku sesak ketika kutahu aku tak bisa memilikimu cinta?

Haruskah aku membalikkan semua waktu agar perasaan ini tidak pernah ada di dalam diri? Atau setidaknya…

Ahh… Allah… mungkinkah kau izinkan aku mengembalikan kekosongan jiwa agar yang terisi hanya KAMU? Hanya KAMU ya Rabb… Hanya KAMU… hanya KAMU yang kucinta. Mungkinkah ya Rabb?”

Dadaku semakin sesak. Air mata lagi-lagi dengan tak sopannya keluar tanpa pernah mau kuperintahkan. Aku laki-laki, dan kini aku menangis.

“Aku benci dengan perasaan ini. Benci dengan keadaan ini.

Aku sadar aku harus bangkit. Tak boleh lemah hanya karena kehilangan kesempatan merealisasikan harapku. 

Aku tak boleh kalah, hanya karena imaji yang sedari dulu kubangun akhirnya pergi dan menghilang tanpa bekas. Aku benci dengan semua perasaan yang telah porak-poranda ini. Aku harus bangkit. Tak boleh seperti ini.”

Kukuat-kuatkan hatiku agar tetap seperti dulu. Tenang dan segar. Namun percuma. Setiap larian kecilku mengelilingi kampus hijau ini, membuatku semakin tergugu. Pikiranku tak bisa untuk kuhentikan dalam mengingat sang permata jiwa. Semua kenangan seperti tergambar jelas di benakku. Kenangan tentangnya semua menyeruak tanpa tahu betapa aku sakit ketika mulai mengingatnya.

Cinta… atau entah apa namanya. Kenapa begitu mempengaruhiku hingga semua alam rasionalku pergi entah kenapa. Maryam Syakila, sosok itu. Yang mengisi penggal harapku hingga detik ini terus saja berkeliling di alam pikirku.

“Sedalam inikah perasaanku? Separah inikah aku tenggelam dalam cinta yang semu?

Jika memilikimu bukanlah takdirku, maka tolong berilah aku kesempatan untuk pergi darimu. Sejenak melupakan apapun tentangmu.

Aku ingin amnesia sejenak, tak pernah mengenal siapapun terutama kamu dari hidupku. Ini terlalu menghempaskan. Merebut semua rasaku.

Aku mati, mati rasa.

Dalam kekakuan, kebekuan, namamu masih saja ada. Harus ku kata apa, jika memang segalanya begitu dalam terasa? Harus kubilang apa cinta?”

Aku membodoh-bodohkan diriku sendiri setelah melewati lebih dari 3 kilometer. Berlari tanpa arah. Pikiranku tertuju kembali mengenang kisah usaha untuk melamar Maryam Syakila selama 2 pekan ini.

“Mohon maaf, apakah Zahra bisa membantuku mencari tahu perihal Maryam Syakila? Bukankah dia sahabatmu sejak SMA?” Sapaku kepada Zahra, sahabat dekat Maryam semenjak SMA. Setahuku mereka memang masih dekat hingga sama-sama melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI). Kukirim email singkat ini kepadanya.

Jangan Tanya degupan jantungku saat itu. Aku begitu tegang tak terkira. Ini adalah momen yang sudah kutunggu sejak lama. Sudah 9 tahun, aku mengagumi sosok bernama Maryam Syakila. Dia sederhana, tak banyak bicara, namun cerdas dan mempesona. Apalagi yang mau kukata jika dia telah menjadi yang pertama dalam perasaanku, dan entah kapan lagi aku bisa mengakhirkan segala rasa ini. Perasaanku semakin dibuat tak karuan ketika mengetahui keshalihannya. Semenjak SMA, baju seragamnya yang panjang ditutupi dengan jilbab yang terurai indah sampai ke dadanya membuat jantungku semakin berdetak kencang setiap kali bertemu dengannya. Aku harus berkata apa, jika cinta telah merenggut habis semua perasaanku? Aku hendak menghentikan segalanya, namun segala tentangnya telah merebut habis setiap sisi hatiku. Aku juga hendak menghentikan segala pengaruh tentangnya, tapi apa lagi yang mampu ku buat, ketika penantian hamper 10 tahun ini, akhirnya datang juga. Ini kesempatan terbaikku untuk merealisasikan imaji, harap, dan doa yang sudah kusimpan erat sejak dulu. Aku harus melamarnya dan menjadikannya istimewa dalam nyata. Itu saja. Tak ada yang lain yang aku siapkan dan pikirkan selain merealisasikan segala rencana untuk menikah dengannya.

“Oh ya… Alhamdulillah saya masih sering berkomunikasi dengannya. Ada apa ya?” Zahra membalas emailku melalui YM yang kuhidupkan sejak tadi.

“Hmmm… Saya hendak menjalankan salah satu sunnah Rasul. Saya ingin tahu apakah Maryam Syakila sedang proses Ta’aruf atau telah di khitbah oleh seseorang? Jika tidak, saya ingin melamarnya…” Jawabku tanpa pikir panjang. Buatku ini melegakan.

“Oalah…  Jawab Zahra sedikit kaget.

“ 🙂 ” Aku membalasnya dengan icon tersenyum, memahami kekagetannya.

“Baiklah Rangga. Tunggu aja ya kabarnya dalam 1-2 hari ini. Insya Allah akan saya beritahukan informasinya…” Tutup Zahra

Sudah 2 pekan ini, malam-malamku adalah malam-malam penghambaan penuh khusyu kepada Allah. Aku mengirimkan doa terindah kepada-Nya, berharap DIA berkenan mempertemukanku dengan Maryam. Berharap segala daya dan usaha yang kulakukan hingga saat ini diberkahi dengan sebuah momen terindah yang telah kupatrikan dalam do’a-do’aku selama 9 tahun ini. Aku hanya berharap memilikinya, itu saja.

Esoknya, aku menerima sms singkat dari Zahra yang memberitahukan info lengkap soal Maryam ada di inbox emailku.

Aku buru-buru membuka emailku berharap ada berita yang melapangkan jiwaku. Namun betapa kagetnya, ternyata isi email yang dikirimkan Zahra kepadaku sungguh berbeda dengan yang kukira.

“Mohon maaf Rangga… Saya sudah mengecek kondisi Maryam, terkait kesempatanmu untuk melamarnya. Saat ini, dia sudah di khitbah oleh seorang ikhwan dan Insya Allah akan melangsungkan akad dan walimahannya bulan Desember tahun ini…”

Hilang sudah… Pecah… Semua harapan itu sirna. Aku terlambat, sangat terlambat. Tubuhku bergetar seketika, hatiku tak bisa berkata apa-apa selain merasai kekalutan yang luar biasa. Aku terdiam, dan tak sadar, air mataku dengan sendirinya mengalir.

Habis sudah… kering… tak ada lagi harapan yang ku bangun bertahun-tahun. Aku memang lambat, aku memang bodoh, aku memang kerdil. Kenapa sedari dulu aku tidak memulai duluan untuk melamarnya? Kenapa dari dulu aku tidak berani merealisasikan segala macam perasaan ini agar mampu bersama dengannya? Kenapa?

Beribu pertanyaan berkecamuk di dada. Lebih dari itu, aku menyesal, begitu menyesal. Kenapa aku begitu terlambat membuat keinginan yang kubangun sejak 9 tahun ini menjadi nyata. Kenapa?

Aku membodoh-bodohi diriku sendiri karena terlalu lama dalam beraksi. Jika aku cinta, harusnya aku lebih berani dari siapapun. Jika aku cinta, harusnya aku tak menunggu lama. Dan jika ini gagal, harusnya aku tak sesedih ini, aku tak sehancur ini. Tapi kenapa?

Perasaan yang tak karu-karuan itu aku larikan hingga sore ini. Jalanan di sekitar kampus masih kususuri sembari mengingat kegagalan melamar Maryam Syakila.

“Andai pesonamu hanya sesederhana bunga jalanan…

Maka mungkin sedari dulu telah kulupa…

Tapi pesonamu adalah pesona edelweiss yang sulit tuk kugapai dan kupetik tangkainya.

Pesonamu adalah pesona menggetarkan yang terpancar dari kecintaanmu pada Allah bersama orang-orang yang mencintai-Nya.

Jika sebegitu kuat pesonamu menarikku, apa lagi yang harus kukata jika memang padamu, segala cinta ini telah terenggut?”

Aku menangis lagi, mengingat puisi sederhana itu kutulis beberapa saat setelah menerima email dari Zahra. Sungguh ini begitu berat terasa. Aku sungguh idiot, sungguh tolol, bagaimana bisa aku mengingatnya dalam ingatannya yang begitu sulit untuk kulupa.

“Jika GAGAL, maka lupakan…”

Teringat nasihat dari seorang sahabatku. Aku harusnya mampu melupakannya. Melupakan Maryam Syakila dalam setiap sisi hatiku.

Lagi-lagi kukuatkan diriku agar mampu melewatinya. Keringatku mulai bercucuran ketika mendekati gedung Fakultas Teknik, menuju labku. “aku harus tenang… Sabar…” Kucoba menguatkan hatiku walau pikiranku masih kalut.

***

Sejak ba’da Isya tadi, aku sudah rebahan. Sepertinya tubuhku lelah karena menangis. Sebeginikah parahkah? Aku bahkan tak mampu memikirkan sebelumnya kalau efeknya akan begitu hebatnya. Mataku baru terpejam beberapa jam kemudian.

Samar-samar aku terbangun, di kamar kos-kosanku yang sederhana. Lampu masih kumatikan semenjak istirahat tadi, gelap di sekeliling ruangan. Kuhidupkan handphone-ku melihat jika ada pesan penting yang masuk sekalian melirik jam berapa sekarang. Sudah 04.00 dini hari rupanya. Aku tertidur cukup lama.

Kubuka selimut yang menghangatkan tidurku sejak semalam, kemudian menuju kamar mandi dan mengambil wudhu. Apalagi kini yang tersisa, selain Allah sebagai zat terbaik untuk mengadu?

4 raka’at awal kulewati dengan luruh air mata yang tak terbendung.

“Allah…

Beginikah jadinya jika aku berani bermain hati? Beginikah jadinya jika aku menyisihkan cinta-Mu yang agung dan begitu purna? Beginikah akibatnya?

Ampuni aku, dalam khilafku akibat salah di masa lalu. Beri aku waktu untuk menyembuhkan segala kotoran di hati ini agar yang ada hanya KAMU ya Rabb…”

Doa it uterus ku ulang-ulang.

Memasuki Rakaat ke-6 Tahajjudku. Air mataku semakin tak tertahankan.

“Apa lagi Rangga… Apa lagi yang mau kau katakan kepada Allah? Bentuk protes apa lagi yang hendak kau kirimkan kepada-Nya jika Allah telah memberi segalanya. Allah telah memudahkan studi S1-mu, meski tanpa biaya orang tua, Allah memudahkan jalanmu untuk meraih prestasi membanggakan selama studimu. Allah mudahkan hidupmu dengan pertemuan bersama orang-orang shalih yang menenangkan dan penuh nasihat, Allah mencelupkanmu dalam balutan kasih saying-Nya untuk senantiasa mengingat-Nya, Allah memberimu nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

Lalu kini? Jika hanya seorang Maryam Syakila yang tak bisa kau miliki. Haruskah kau hentikan rasa syukurmu? Haruskah kau habiskan harimu dengan sederetan pelarian dari jalan Allah sebagai bentuk betapa kecewanya dirimu kepada Allah? Haruskah Rangga? Haruskah… Sedang mencintai Allah itu membahagiakan… Memiliki Allah itu adalah kenikmatan yang tiada duanya.

Makhluk-Nya? Mengharap mereka adalah sebuah kebodohan, mencintai mereka dengan penuh seluruh adalah kejahiliyahan. Apa lagi Rangga? Apalagi yang tersisa selain ini adalah akibat dari kesalahanmu memelihara rasa. Jika berani, seharusnya sedari dulu kamu mulai berusaha untuk memilikinya dalam balutan ikatan suci yang indah. Tapi jika tak sanggup, seharusnya kamu TEGAS dengan hatimu. TEGAS dengan rasamu. Jika ia bukan untuk cinta yang halal, maka takkan kurasakan. Seharusnya begitu Rangga… seharusnya begitu”

Aku semakin tergugu hingga di akhir witirku. Tubuhku bergetar hebat. Rasa malu begitu terasa di dalam jiwaku. Sungguh betapa hinanya aku menangisi seorang Maryam Syakila hanya karena sebuah penolakan dan keadaan yang sebenarnya begitu sederhana saja. Tidak seharusnya aku larut dalam kesedihan yang sebagian besar karena ulahku. Kenapa aku sebegini terlukanya, sedang Allah telah menyediakan begitu banyak hikmah dan nikmat yang ada di tiap lembar hariku. Kenapa aku se sedih ini sedang Allah telah banyak memberiku kesempatan untuk melejit, melangkah, dan berbuat banyak hal untuk dunia. Ahh… aku kalah, kalah dengan godaan syetan yang memabukkan rasa di dalam dada.

Kukuatkan diriku ketika muhasabahku terhenti dengan lantunan azan subuh di Masjid dekat kos-kosanku.

“Aku harus memulai hariku yang baru… Penuh semangat… Penuh Antusias… Aku harus menghapus semua kenangan tentang Maryam… sekecil apapun aku harus menghapusnya…” Sahutku.

Subuh itu. Adalah subuh penghambaan penuh kekhusyuan yang pernah kurasa dalam hidupku.

“Allah… Jika dia memang bukan yang terbaik bagiku… Maka gantikanlah yang lebih darinya… Shalihkan diriku hingga aku mampu memiliki seorang permata jiwa yang juga seshalih diriku. Sempurnakan agamaku dengan seseorang yang akan kucintai sepenuh jiwaku Dan akan kujadikan ia sebagai belahan hati terindah di dunia. Namun jagalah agar hati ini selalu ada KAMU ya Rabb… hanya ada KAMU… bukan yang lain…”

Kuseka air mataku yang masih mengalir di ujung doa ku subuh ini. Mencoba menguati hati agar mampu melangkah.

“Jika tak hari ini, maka aku akan kalah selamanya…”

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17889/beginikah-cinta/#ixzz1kQrsdw4Z

Komunikasi Setelah Menikah

TIPE 1 (Jangan Ditiru) Ehmmm……

 

Sebelum Bobo :

6 weeks: selamat bobo sayang, mimpi indah ya, mmmuach.

6 months: tolong matiin lampunya, silau nih.

6 years : Kesana-an doong… kamu tidur dempet2an kayak mikrolet gini sih?!

 

 

Pake Toilet :

6 weeks : ngga apa2, kamu duluan deh, aku ngga buru2 koq.

6 months: masih lama ngga nih?

6 years : brug! brug! brug! (suara pintu digedor), kalo mau tapa di gunung kawi sono!

 

 

Ngajarin Nyetir :

6 weeks : hati2 say, injek kopling dulu baru masukin perseneling ya

6 months: pelan2 dong lepas koplingnya.

6 years : pantesan sering ke bengkel, masukin persenelingnya aja kayak gini!

 

 

Balesin SMS :

6 weeks: iya sayang, bentar lagi nyampe rumah koq, aku beli martabak kesukaanmu dulu ya

6 months: mct bgt di jln nih

6 years : ok.

 

 

Dating process :

6 weeks : I love U, I love U, I love U.

6 months : Of course I love U.

6 years : Ya iyalah!! kalau aku tdk cinta kamu, ngapain nikah sama kamu??

 

 

Back from Work:

6 weeks : Honey, aku pulang…

6 months : Im BACK!!

6 years : Si mbok masak apa hari ini??

 

 

Hadiah (ulang tahun) :

6 weeks : Sayangku, kuharap kau menyukai cincin yang kubeli

6 months : Aku membeli lukisan, nampaknya cocok dengan suasana ruang tengah

6 years : Nih duitnya, loe beli sendiri deh yang loe mau

 

 

Telepon :

6 weeks : Baby, ada yang pengen bicara ama kamu di telpon

6 months : Eh…ini buat kamu nih…

6 years : WOOIII TELPON BUNYI TUUUHHH….ANGKAT DUOOONG!!!

 

 

Masakan :

6 weeks : Wah, tak kusangka rasa makanan ini begitu lezaattt…! !!

6 months : Kita makan apa malam ini??

6 years : HAH? MAKANAN INI LAGI?

 

 

Apology :

6 weeks : Udah gak apa-apa sayang, nanti kita beli lagi ya

6 months : Hati2! Nanti jatuh tuh.

6 years : KAMU GAK NGERTI2 YA DAH BERIBU2 KALI AKU BILANGIN

 

 

Baju baru :

6 weeks : Duhai kasihku, kamu seperti bidadari dengan pakaian itu

6 months : Lho, kamu beli baju baru lagi?

6 years : BELI BAJU ITU HABIS BERAPA??

 

 

Planning for Vacations :

6 weeks : Gimana kalau kita jalan2 ke Amerika atau ketempat yg kamu mau honey?

6 months : Ke Surabaya naik bis aja ya gak usah pakai pesawat…

6 years : JALAN2? DIRUMAH AJA KENAPA SEH? NGABISIN UANG AJA!

 

 

TV :

6 weeks : Baby, apa yg pengen kita tonton malam ini ?

6 months : Sebentar ya, filmnya bagus banget nih.

6 years : JANGAN DIGANTI2 DONG CHANNELNYA AH! GAK BISA LIAT ORANG

SENENG DIKIT APA ?!

 

 

TIPE 2 (Silahkan Ditiru) siul siul……

 

 

Sebelum bobo:

6 weeks: Bismika Allahumma wabismika amut…jgn sampe digigit nyamuuuuk…mmuaaachh

6 months: sayank…setelah kmu selesai bc tafsir itu, matiin lampunya ya…

6 years: kita tidur yuk, jgn lupa pasang alarm jam 2 tuk bangun shalat tahajud

 

 

Pake Toilet:

6 weeks: kamu duluan aja, aku gak terlalu buru-2 kok…

6 months: cinta…aku sengaja bangun lbh fajar, aku dah selesai ke toilet kok, krn aku dah tau kebiasaan kamu jam 5 pasti ke toilet.

6 years: synk…jgn lupa airnya diisi, stlh itu aku mau mandi…

 

 

Ngajarin nyetir:

6 weeks: aku ykn sayank pasti cepet bs kok, yg penting hati-2 ya…

6 months: kayanya mobil ini udah gak nyaman buat belajar kamu deh, besok kt ke showroom yuk, kmu blh memilih sesuai selera kmu…

6 years: mskpn skrg udah jago nyetir, selama msh ada aku, biar aku yg bw, aku gak tega lht jari lentikmu memegang erat kemudi.

 

 

Balesin SMS:

6 weeks: sayank…aku gak memaksa kmu tuk senyum, tp percaya gak klo aku udah didepan pintu??

6 months: dinda…mgkn aku plg agak terlambat, aku udh bw kunci rmh, tdr dlan aja, ntar aku nyusul.

6 years: InsyaAllah aku gak lupa titipan kmu, 15 menit lg nyampe…

 

 

Dating Process:

6 months: ssstt..jgn berisik, td ada malaikat mencari salah satu bidadarinya yg kabur dr surga, dia gak tau klo bidadarinya menjelma jd istriku, jgn tinggalin aku ya, ttp jd bidadari untukku…

6 weeks: Allah gak pnh salah pilih, kita dipertemukan atas kebesaranNya, aku syg kamu…

6 months: Investasi terbesar dlm hidupku, adalah cinta kt thdp Allah, serta rasa cintamu kpd-qu, barokAllah, aku jg cinta kmu…

 

 

Back from work:

6 weeks: Assalamualaikum…sayang aku pulang.

6 months: aku td sengaja msk rmh diam-2, krn aku liat kmu dr jendela msh shalat.

6 years: oooo…synk udah bangun toh, aku udh plg drtd, aku liat mata kmu sayup, kelihatannya capek mknya aku gk bangunin, ini aku udah buatin susu buat kmu, diminum ya…

 

 

Hadiah (Ulang Tahun):

6 weeks: synk…mengapa orang dl menyebut benda kecil ini cincin (cinta-cinta), aku pakein ya, krn saat itu ribuan malaikat Allah turut mendoakan jalinan cinta-cinta kita yg suci ini, slmt ulang tahun ya, cinta-cinta ini buat kmu…

 

6 months: ini hadiah untuk kamu, surat cuti, aku mau mewujudkan cita-2mu agar aku meluangkan wktu 2 hari menemani kmu membaca Alqur’an secara bergantian, itu mimpi kmu kan?! alangkah indahnya…

 

6 years: istriku yg kemerah-2an saat merona, malam ini indah seindah hatimu lapangkan aroma surga, aku mau mempersembahkan sebuah lantunan surat yg kaya makna, Alhamdulillah aku selesai menghafal surat Maryam sehari sebelum ultahmu, siap menyimak? Slmt ulang tahun ya, smoga senyummu menyebar harum do’a para malaikat, Aaamiin YRA..

 

 

****************************************

Wallahua’lam bish shawab.

 

Semoga Bermanfaat…. Salam Ukhuwah Fillah..@@

Posted By : Muhammad Iqbal Al-abror II